IBX58F8B9DC28E0A
Minggu, 25 September 2016
Begini Cikarang di Mata Pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady
Salah satu orang terkaya Indonesia yang juga Chairman Lippo Group, Mochtar Riady meyakini Cikarang, Jawa Barat akan menjadi pusat ekonomi baru di Indonesia. Dia menyatakan Cikarang telah memenuhi prasyarat menjadi kota industri seperti Shenzhen. Sebuah kota industri dan investasi di Guangdong, China.
“Semua industri yang paling hebat ada di Cikarang. Maka, Cikarang akan menjadi Shenzhen of Indonesia,” kata Mochtar seperti dikutip dari BeritaSatu.com pada Minggu (25/9).
Pengembang kawasan Lippo Cikarang itu menuturkan untuk menjadikan Cikarang pusat ekonomi baru Indonesia, Mochtar mengharapkan seluruh rencana pemerintah untuk kawasan ini dapat segera terealisasi. Saat ini, kata dia pemerintah tengah membangun berbagai infrastruktur, seperti bandara dan pelabuhan di Cikarang dan sekitarnya, termasuk railway Cikarang-Tanjung Priok, high speed railway Jakarta-Cikarang, serta railway Jakarta-Bandung yang melewati Cikarang.
Mochtar Riady menjelaskan, transportasi ini akan membuat Cikarang dengan luas lahan sekitar 200 km2 menjadi mudah diakses. Apalagi di Cikarang terdapat kawasan industri otomotif yang mampu memproduksi 1 juta mobil dan 10 juta sepeda motor per bulan. Berbagai produk elektronik, seperti televisi, kulkas, AC, dan mesin cuci, juga diproduksi di Cikarang.
“Jika semua sudah terbangun, bukan tidak mungkin pada 2020 nanti Indonesia menjadi Indonesian factor century, seperti Tiongkok yang pada tahun 2000 menjadi China factor century,” kantanya.
Keyakinan ini karena kondisi yang dimiliki Cikarang saat ini lebih baik ketika China memulai membangun kawasan industri Shenzhen. Mochtar mengatakan, pada 1991 cadangan devisa Tingkok hanya sekitar US$ 200 juta. Kondisi infrastruktur di Tiongkok saat itu belum memadai. Bahkan, di Shenzhen, fasilitas listrik dan jalan sangat buruk.
Tiongkok kemudian bangkit dan mulai membangun dari Kota Shenzhen, yang saat itu merupakan kota termiskin di Tiongkok, dengan jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa yang hampir separuhnya nelayan. Kini, Tiongkok menjadi salah satu negara adidaya dengan jumlah cadangan devisa sekitar US$ 4 triliun.
Tidak ada komentar:
Write comments